Berwisata di Desa Cangkuang, Keindahan Alam Yang Luas Dan Suasana Kearifan Lokal Yang Masih Terjaga

Jakarta - Garut siap bangkit dari keterpurukan pandemi Covid-19. Desa Wisata Cangkuang yang berada di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, diyakini Menteri Parwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno akan membangkitkan gairah wisata di daerah tersebut.

Desa Wisata Cangkuang Garut memiliki daya tarik tersendiri. Bukan hanya soal keindahan alam yang terhampar luas, tetapi kearifan lokal warga yang masih dipertahankan sampai sekarang, membuat lokasi wisata ini sangat menarik untuk disambangi.

"Desa Wisata Cangkuang Garut memiliki daya tarik wisata seperti candi hingga setu atau danau yang berpotensi menggeliatkan kembali pariwisata dan ekonomi kreatif di Garut,"kata Menteri Sandi saat berbicara di depan gerbang utama sebelum masuk location Candi Cangkuang, Minggu (22/8).

Menteri Sandi melanjutkan, daya tarik desa wisata ini akan dioptimalkan sebagai upaya kebangkitan ekonomi nasional berbasis desa wisata. "Kita harapkan desa wisata Cangkuang ini menjadi percontohan dan terbukti desa wisata ini menjadi percontohan bagi 4 desa wisata lain di Kecamatan Leles dan mampu memberikan 'multiplier effect' bagi masyarakat sekitar,"ungkapnya.

Nama Cangkuang diambil dari nama pohon Cangkuang yang ada di sekitar makam Embah Dalem Arif Muhammad. Pohon Cangkuang adalah sejenis pohon pandan (pandanus furcatus). Dulu, daunnya dimanfaatkan untuk membuat tudung, tikar, atau pembungkus gula aren.

Candi Cangkuang menjadi daya tarik yang ada di puncak Kampung Pulo. Pengunjung yang ingin melihat candi tersebut harus melalui setu (danau) menaiki rakit. Lokasi candi berada di pintu masuk kawasan cagar budaya sekitar 300 meter. Candi Cangkuang dikelilingi perairan dan seperti membentuk sebuah pulau kecil.

Keindahan ini yang pasti tidak akan Anda dapatkan di tempat lain. Seperti yang dijelaskan di awal, kearifan warga lokal pun menjadi hal yang akan membuat Anda betah berlama-lama di sini. Terlebih jika Anda ingin berlibur dengan konsep 'neighborhood tourism'.

Kami pun berhasil mewawancarai salah seorang warga Kampung Pulo Desa Wisata Cangkuang, yaitu Yayat, yang masih memegang teguh adat istiadat leluhurnya. Menurut keluarga Yayat, mereka hidup bersama adat dan alam di Desa Cangkuang sudah lama dan menghormati apa yang sudah digariskan leluhur.

"Kami di sini memang seperti terasingkan dari dunia luar, tapi kami tak menutup mata atau membatasi diri dengan perubahan zaman. Meski begitu, aturan adat yang berlaku tetap kami jalankan sebagai bentuk kepatuhan kami sekaligus menjaga kearifan yang sudah dititipkan leluhur," kata anak perempuan Yayat.

Selain menikmati alam dan keramahan penduduk, Anda pun bisa memboyong banyak oleh-oleh dari sini. Mulai dari kerajinan tangan, produk kreatif masyarakat lokal seperti pot dari serabut kelapa, dan masih banyak lagi produk UMKM homemade yang sayang jika tidak diboyong pulang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemenparekraf Sandiaga Uno Berharap Jika Pelaku Usaha Wisata Selam Bekerja Sama Dalami Wisata Selam

Menparekraf Mengunjungi Negeri di Atas Awan, Akan Dibenahi Secara Maksimal Dan Cepat

Berwisata di Pantai Watunene Gunung Kidul, Berikut Rutenya